ERLIK KHOIRUN NISAK
Rabu, 20 Februari 2013
Analisis dan Problematika Output Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dalam Kebijakan Pendidikan Nasional
Prinsip, Peranan dan Sasaran Supervisi Pendidikan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah.
Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan prajabatan maupun program dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat.
Masyarakat mempercayai, mengakui dan menyerahkan kepada guru untuk mendidik tunas-tunas muda dan membantu mengembangkan potensinya secara professional. Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan ini merupakan substansi dari pengakuan masyarakat terhadap profesi guru. Implikasi dari pengakuan tersebut mensyaratkan guru harus memiliki kualitas yang memadai. Tidak hanya pada tataran normatif saja namun mampu mengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi personal, professional, maupun kemasyarakatan dalam selubung aktualisasi kebijakan pendidikan.
Hal tersebut lantaran guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek “guru” dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang professional.
Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di Negara kita Indonesia maka kewajiban dan tanggung jawab para pemimpin pendidikan umumnya dan kepala sekolah khususnya mengalami perkembangan dan perubahan pula. Adapun perubahan-perubahan tersebut adalah perubahan dalam tujuan, perubahan dalam scope (luasnya tanggung jawab atau kewajiban) dan perubahan dalam sifatnya.
Ketiga aspek tersebut sangat berhubungan erat dan sukar untuk dipisahkan satu dari yang lain. Adanya perubahan dalam tujuan pendidikan, mengubah pula scope atau luasnya tanggung jawab yang harus dipikul dan dilaksanakan oleh para pemimpin pendidikan. Hal ini mengubah pula bagaimana sifat-sifat kepemimpinan yang harus dijalankan sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tugas kepala sekolah, disamping mengatur jalannya sekolah, juga harus dapat bekerja sama dan berhubungan erat dengan masyarakat. Ia berkewajiban membangkitkan semangat staf guru dan pegawai sekolah untuk bekerja lebih baik.
Sebagai seorang supervisor tidak sedikit masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya. Ada beberpa prinsip-prinsip dasar yang harus diketahui oleh seorang supervisor, salah satunya prinsip yang kaitannya dengan ilmiah, yang mencakup unsure sistematika, obyektif dan instrument. dan masih ada beberapa prinsip yang harus dipaparkan, yang akan dipaparkan pada pembahasan berikutnya. Prinsip ini sangat perlu diketahui, khususnya para supervisor guna lebih memahami sebenarnya tugas yang diembannya sebagai supervisor.
Dalam perannya supervisor juga sangat berpengaruh dalam kestabilan pembelajaran, karena pada dasarnya peran supervisor yaitu menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga guru guru merasa aman dan bebas, dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab. Begitu pentingnya peran seorang supervisor dalam meningkatkan kualitas pendidik, peserta didik serta system ada didalam instansi. Dan ini membutuhkan penjelasan yang lebih mendalam agar tercapainya tujuan pendidikan yang ada.
Melihat dari sasaran seorang supervisor dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu edukatif, administrative, orang yang disupervisi dan yang terakhir aspek kebijakan dirjen. Pembahasan lebih rinci akan dibahas pada pembasan . dengan ini pemakalah akan mengambil pembahasan yang kaitannya dengan “Prinsip, peran dan sasaran supervisi pendidikan islam” .dengan bahasan ini pemakalah mengharapkan agar dapat memberikan tambahan wawasan terkait prinsip, peran dan sasaran Supervisi Pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Prinsip Supervisi Pendidikan Islam ?
2. Bagaimanakah Peranan Supervisi Pendidikan Islam ?
3. Bagaimanakah Sasaran Supervisi Pendidikan Islam ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Prinsip Supervisi Pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui Peranan Supervisi Pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui Sasaran Supervisi Pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Supervisi Pendidikan Islam
Pengertian prinsip menurut kamus wikipedia adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Dalam pengertian umum prinsip adalah suatu pegangan hidup yang diyakini seseorang mampu membantu dirinya mencapai tujuan hidup yang dia inginkan atau diprogramkan.
Sementara Supervisi pendidikan diartikan sebagai bimbingan profesional bagi guru-guru. Bimbingan profesional yang dimaksud adalah segala usaha yang memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara profesional, agar lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokok yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar murid-murid. Oleh karena itu suatu pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengajar guru, maka kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada peningkatan kemampuan profesional guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Dalam analisis terakhir, kualitas supervisi akan direfleksikan pada peningkatan hasil belajar murid. Seorang supervisor apakah dia Kepala Sekolah, Penilik Sekolah atau Pengawas dalam melaksanakan supervisi hendaknya berdasarkan pada prinsip-prinsip supervisi. Yang dimaksud prinsip-prinsip supervisi pendidikan adalah kaidah-kaidah yang harus dipedomani atau dijadikan landasan dalam melakukan kegiatan supervisi.
Adapun prinsip-prinsip supervisi adalah sebagai berikut:
1. Prinsip ilmiah (scientific) memiliki ciri-ciri:
a. Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan berkelanjutan. Maksudnya kegiatan supervisi memiliki perencanaan yang pasti, teratur, pelaksanaannya secara berkelanjutan dan terus menerus. Walaupun setelah diadakan supervisi, seorang pendidik sudah benar-benar menjadi pendidik profesional sekalipun, supervisi masih harus dilaksanakan secara kontinue. Bertujuan untuk menjaga mutu atau kualitas seorang pendidik tersebut. Karena tidak mungkin seseorang tidak menemukan kesulitan dalam setiap kegiatan atau aktifitas yang sedang dihadapi. Untuk memecahkan problematika yang muncul dalam kegiatan pembelajaran dapat diatasi dengan supervisi. Jadi berapa bulan sekali supervisi diadakan? Kapan pelaksanaannya, bagaimana pelaksanaannya? Sudah ditentukan sebagai kegiatan yang terencana, sesuai prinsip tersebut.
b. Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan hasil observasi nyata.
Kegiatan-kegiatan perbaikan atau pengembangan berdasarkan hasil kajian kebutuhan-kebutuhan guru atau kekurangan-kekurangan guru, bukan berdasarkan tafsiran pribadi. Melainkan kegiatan nyata dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Maksudnya seorang supervisi tidak boleh menyimpulkan sebuah permasalahan tanpa meninjau atau menindak lanjuti dari fakta-fakta yang ada. Hanya mengandalkan penafsiran diri sendiri.
c. Menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberi informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar. Misalnya untuk memperoleh data diperlukan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
2. Prinsip Demokratis
Prinsip yang menujunjung tinggi asas musyawarah. Layanan dan bantuan yang diberikan supervisor kepada guru berdasarkan jalinan hubungan kemanusiaan yang akrab dan suasana kehangatan, sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Perlu diingat seorang supervisor tidak boleh memiliki sifat terlalu menjaga image. Jadi dengan prinsip demokratis ini dapat tercipta kerukunan yang erat antara kedua belah pihak, hubungan kekeluargaan yang baik, kesatuan fikiran dan tujuan. Prinsip demokratis juga dapat diartikan menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru. Meskipun di kantor guru berperan sebagai bawahan, tetapi tidak ada kesenjangan sosial antara guru dengan supervisor. Guru dapat memunculkan pendapat atas ide-ide atau gagasan terbaru yang dimilikinya. Keputusan-keputusan maupun pendapat dari supervisor juga dapat diterima dengan baik oleh guru. Sehingga tujuan supervisi pendidikan dapat tercapai.
3. Prinsip kerjasama
Artinya mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi sharing of idea, sharing of experience, memberi support atau mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama. Maksudnya kerjasama seluruh staf dalam kegiatan pengumpulan data, analisa data dan perbaikan serta pengembangan proses belajar mengajar hendaknya dilakukan dengan cara kerjasama seluruh staf sekolah. Dengan adanya kerjasama tersebut, terciptalah situasi belajar mengajar yang lebih baik.
4. Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu mencipakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang menakutkan. Misalkan sehari-hari menampilan raut muka yang tidak menyenangkan di depan guru-guru. Tidak memiliki perhatian lebih dengan guru-guru. Minimnya berkomunikasi dengan guru-guru. Terlalu mengedepankan sikap “jaga image” seakan muncul garis dinding yang kokoh sebagai pembatas kedudukan antara supervisor dan guru, atasan dan bawahan. Sang Supervisor lebih merasa berkuasa atas keputusan yang diambilnya, kemudian mengambil keputusan yang semena-mena tanpa memperhatikan hasil penelitian dan faktor-faktor lain. Dalam hal ini guru merasa dikucilkan karena selalu disalahkan.
Prinsip konstruktif dan kreatif ini bertujuan membina inisiatif guru dan mendorong guru untuk aktif menciptakan suasana dimana setiap orang akan merasa aman dan bebas mengembangkan potensi-potensinya. Supervisor perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip tersebut di atas. Kalau ada Supervisor yang memaksakan kehendak, menakut-nakuti guru, yang justru akan melumpuhkan kreativitas anggota staf perlu diubah. Sikap korektif misalnya, suka mencari-cari kesalahan harus diganti dengan sikap kreatif dimana setiap orang mau dan mampu menumbuhkan serta mengembangkan kreativitasnya untuk perbaikan pengajaran.
Pada dasarnya prinsip-prinsip supervisi akan diarahkan pada 3 hal sebagai berikut:
1. Prinsip Fundamental
Yaitu prinsip yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila dan Agama. Pancasila merupakan dasar atau prinsip fundamental bagi setiap supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa seorang supervisor haruslah seorang pancasilais sejati.
2. Prinsip Praktis
a. Hal-hal dari prinsip negatif yang harus dihindari:
1) supervisi tidak boleh bersifat mendesak (otoriter).
2) supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan.
3) supervisi tidak boleh lepas dari tujuan pendidikan dan pengajaran.
4) supervisi hendaknya tidak hanya menilai hal-hal yang nampak atau terlihat.
5) supervisi tidak mencari kelemahan atau kekurangan atau kesalahan.
6) Supervisi jangan terlalu berharap cepat mengharapkan hasil atau perubahan.
b. Prinsip positif, yaitu prinsip yang patut kita ikuti antara lain:
1) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif.
2) Supervisi harus kreatif dan konstruktif.
3) Supervisi harus scientific dan efektif.
4) Supervisi harus dapat memberi perasaan aman kepada guru-guru.
5) Supervisi harus berdasarkan kenyataan.
6) Supervisi harus memberi kesempatan kepada guru mengadakan Self Evolution.
Menurut E. Mulyasa prinsip-prinsip supervisi antara lain:
1. Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkis.
2. Dilaksanakan secara demokratis.
3. Berpusat pada tenaga kependidikan (guru).
4. Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru).
5. Merupakan bantuan professional.
Untuk dapat menjalankan tugas supervisi sebaik-baiknya, Kepala Sekolah (Supervisor) hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif yaitu pada yang dibimbing dan diawasi harus dapat menimbulkan dorongan untuk bekerja.
2. Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-benarnya (realistis, mudah dilaksanakan).
3. Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.
Adapun prinsip yang harus di pegang teguh oleh supervisor dalam melaksanakan proses evaluasi, yaitu:
1. Komprehensif, evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh. Semua variable kegiatan dan aspek yang terkait dengannya harus dijabarkan dengan jelas sampai ke detil indikatornya.
2. Kooperatif, untuk mendapatkan informasi yang lengkap diperlukan kerja sama antara subjek evaluasi dan objek evaluasi.
3. Kontinyu dan relevan dengan kurikulum, evaluasi hendaknya dilakukan secara terus-menerus, membidik semua tahapan kegiatan, dan saling sambung-sinambung.
4. Objektif, evaluator diharapkan menanggalkan semua hal yang berkaitan dengan subjektivitas.
5. Humanis, untuk mendapatkan data yang akurat, lengkap dan objektif, proses evaluasi yang dilakukan supervisor harus mengedepankan dimensi-dimensi kemanusiaan.
6. Aman, proses evaluasi yang dilakukan hendaknya menjaga privasi individu, jangan menebar ketakutan-ketakutan diantara objek yang kita supervisi.
B. Peranan Supervisi Pendidikan Islam
Peranan supervisi pendidikan yang sangat penting diketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk kepala sekolah, adalah sebagai berikut:
1. Dalam bidang kepemimpinan
a. Memberikan bantuan kepada anggota kelompok (guru-guru, pegawai) dalam berbagai kegiatan.
b. Membangkitkan dan memupuk semangt kelompok atau memupuk moral yang tinggi kepada anggota kelompok.
c. Membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada anggota kelompok, sesuai dengan fungsi-fungsi dan kecakapan masing-masing.
2. Dalam hubungan kemanusiaan
a. Memupuk rasa saling menghormati di antara sesame anggota kelompok dan sesame manusia.
b. Menghilangkan rasa saling curiga mencurigai antara anggota kelompok.
c. Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok.
3. Dalam pembinaan proses kelompok
a. Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun kemampuan masing-masing.
b. Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau perselisihan pendapat diantara anggota kelompok.
c. Menguasai teknik-teknik memimpin rapat dan pertemuan-pertemuan lain.
4. Dalam bidang administrasi personal
a. Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.
b. Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan dan kemampuan masing-masing.
c. Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya kerja serta hasil maksimal.
5. Dalam bidang evaluasi
a. Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terperinci.
b. Menguasai dan memiliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai kriteria penilaian.
c. Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan.
Fungsi supervisi pendidikan adalah sebagai layanan atau bantuan kepada guru untuk mengembangkan situasi belajar mengajar. Konsep supervisi sebenarnya diarahkan kepada pembinaan. Artinya kepala sekolah, guru dan para personel lainnya di sekolah diberi fasilitas untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
Supervisor mempunyai fungsi-fungsi utama, antara lain:
1. Menetapkan masalah yang betul-betul mendesak untuk ditanggulangi.
2. Menyelenggarakan inspeksi, yaitu sebelum memberikan pelayanan kepada guru, supervisor lebih dulu perlu mengadakan inspeksi sebagai usaha mensurvai seluruh sistem yang ada.
3. Memberikan solusi terhadap hasil inspeksi yang telah di survei.
4. Penilaian.
5. Latihan.
6. Pembinaan atau pengembangan.
Dilihat dari fungsi yang telah ada, tampak jelas peranan supervisi pendidikan. Peranan supervisi dapat dikemukakan oleh berbagai pendapat para ahli yang menyimpulkan tetang tugas dan fungsi supervisor:
1. Koordinator, sebagai koordinator supervisor dapat mengkoordinasi program-program belajar mengajar, tugas-tugas anggota staf berbagai kegiatan yang berbeda-beda diantara guru-guru.
2. Konsultan, sebagai konsultan supervisor dapat memberikan bantuan, bersama mengkonsultasikan masalah yang dialami guru baik secara individual maupun secara kelompok.
3. Pemimpin kelompok, supervisor dapat memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensi kelompok, pada saat mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan profesional guru secara bersama-sama.
4. Evaluator, supervisor dapat membantu guru dalam menilai hasil dan proses belajar, dapat menilai kurikulum yang sedang dikembangkan.
Permasalahan yang terjadi dilapangan ternyata unjuk kinerja yang harus dilakukan oleh para supervisor adalah merubah pola lama dan supervisi menjadi tidak bermakna. Ketidak bermaknaan tersebut disebabkan oleh:
1. Supervisi disamakan dengan kontroling atau pekerjaan pengawas. Supervisor lebih banyak mengawasi dari pada berbagi ide untuk menyelesaikan permasalahan. Akibatnya guru menjadi takut jika untuk diawasi dan dievaluasi.
2. Kepentingan dsan kebutuhan supervisi bukannya datang dari para guru, melainkan supervisor sendiri menjalankan tugasnya.
3. Supervisor kurang memahami apa yang menjadi tugasnya, sedangkan guru tidak tanggap dengan permasalahannya.
4. Secara umum, guru tidak suka disupervisi walaupun hal itu merupakan bagian dari proses pendidikan.
Dampak penyebab di atas peran supervisi dalam organisasi lembaga pendidikan menjadi lemah, kurang efisien dan efektif. Artinya tidak hanya dari satu pihak saja yang diberikan beban ketidakberhasilan sebuah pendidikan. Kinerja supervisi juga harus dilakukan dengan profesional dan kompeten serta mempunyai visi misi yang luas untuk memperbaiki dan membantu para guru.
C. Sasaran Supervisi Pendidikan Islam
Adapun sasaran supervisi pendidikan Islam dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu :
1. Aspek edukatif, meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, evaluasi dan kegiatan extrakulikuler.
2. Aspek administratif, meliputi administrasi madrasah, lembaga administrasi ketenagaan, administrasikesiswaan, administrasi perpestakaan.
3. Aspek orang yang disupervisi, meliputi kepala madrasah, guru mata peljaran umum, guru rumpun mata pelajaran agama islam, guru pembimbing, tenaga administrasi di sekolah dan siswa siswi.
4. Dari aspek kebijakan, meliputi pemerataan pendidikan, tenaga kependidikan, dan kesiswaan, pengembangan kurikulum, pengembangan sarana dan prasarrana pendidikan, pengembangan, kegiatan ekstrakurikuler dan pola pembinaan pendidikan Islam terpadu.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa sasaran dari kegiatan supervisi pendidikan atau pengawasan ini meliputi bidang akademik bidang administratif, ketenagaan dan kesiswaan.
BAB III
KESIMPULAN
Prinsip supervisi adalah sebagai berikut:
1. Prinsip ilmiah (scientific) memiliki ciri-ciri:
a. Sistematis
b. Objektif,
c. Menggunakan alat (instrumen)
2. Prinsip Demokratis
3. Prinsip kerjasama
4. Prinsip konstruktif dan kreatif
Peranan supervisi pendidikan yang sangat penting diketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk kepala sekolah, adalah sebagai berikut:
1. Dalam bidang kepemimpinan
2. Dalam hubungan kemanusiaan
3. Dalam pembinaan proses kelompok
4. Dalam bidang administrasi personel
5. Dalam bidang evaluasi
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa sasaran dari kegiatan supervisi pendidikan atau pengawasan ini meliputi bidang akademik bidang administratif, ketenagaan dan kesiswaan.
Media Pembelajaran Grafis, Visual, Audio dan Audio Visual
MEDIA PEMBELAJARAN
GRAFIS, VISUAL, AUDIO
DAN AUDIO VISUAL
MAKALAH
(REVISI)
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Teknologi Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
Dr. As’aril Muhajir, M. Ag.
Disusun Oleh:
ERLIK KHOIRUN NISAK
NIM. 2841114013
SEMESTER III (TIGA)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ISLAM (PI)
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) TULUNGAGUNG
2013
MEDIA PEMBELAJARAN
GRAFIS, VISUAL, AUDIO
DAN AUDIO VISUAL
A. Pendahuluan
Penggunaan
media dalam proses belajar mengajar dewasa ini bukan lagi
merupakan suatu hal yang baru dalam dunia pendidikan. Karena dengan adanya
media, akan lebih meningkatkan daya serap siswa dalam memahami pesan-pesan
pembelajaran. Kehadiran media mempunyai
arti yang cukup penting dalam proses belajar mengajar. Karena dalam kegiatan belajar mengajar, ketidakjelasan bahan
yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar sangat dianjurkan karena untuk mempertinggi kualitas
pembelajaran.[1] Media pembelajaran juga digunakan
dalam upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar.[2]
Selain itu media juga merupakan
sarana yang membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indera
pendengaran dan penglihatan. Dengan adanya media dapat mempercepat proses
pembelajaran karena dapat mempercepat pemahaman murid.[3]
Sebagai
alat bantu, media mempunyai
fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran dan media juga digunakan sebagai alat,
metode serta teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas
komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran di
sekolah.[4]
Namun,
meskipun begitu pentingnya alat atau media bagi tercapainya tujuan pendidikan, masih banyak
dijumpai lembaga-lembaga pendidikan yang kurang mementingkan suatu alat atau media tersebut. Terbukti banyak
ditemukan kasus guru yang tidak mempergunakan media sesuai dengan bahan yang diajarkan sehingga siswa mengalami
banyak kesulitan dalam menyerap dan memahami pelajaran yang disampaikan, guru
kesulitan menyampaikan bahan pelajaran, banyak siswa yang merasa bosan terhadap
pelajaran tertentu. Hal ini dapat diidentifikasikan sebagai masalah kurangnya
penggunaan media dalam
pembelajaran.
Dalam
proses pembelajaran, banyak sekali media yang digunakan seperti media grafis,
media visual, media audio dan media audio visual. Dalam makalah ini, akan kami
bahas mengenai media grafis, media visual, media audio dan media audio-visual
dalam bab pembahasan.
B. Pembahasan
Berikut macam-macam
dan pengertian dari beberapa media pembelajaran antara lain: [5]
- Media Pembelajaran Grafis
Media grafis tergolong media
visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media
grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan
mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya
dilakukan melalui penjelasan verbal, selain
itu juga untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima. Saluran yang dipakai
menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke
dalam simbol-simbol komunikasi visual.
Selain itu, grafis biasanya digunakan untuk menarik
perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik
dan mudah diingat orang.[6]
Macam-macam
media grafis antara lain:[7]
a.
Diagram
Diagram adalah suatu
gambaran-gambaran sederhana untuk memperlihatkan hubungan timbal balik berupa garis-garis diagram
yang sangat sederhana yakni hanya bagian-bagian terpenting saja yang
diperlihatkan.
b.
Grafik
Grafik adalah suatu
grafis yang menggunakan titik-titik atau garis untuk menyampaikan informasi
statistik yang saling
berhubungan.
c.
Poster
Poster merupakan
kombinasi visualisasi yang kuat dengan warna dan pesan dengan maksud untuk
menangkap perhatian orang yang sedang
melintas.
d.
Kartun
Kartun digambarkan dalam bentuk
lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan atau situasi yang didesain untuk
mempengaruhi opini masyarakat.
e.
Komik
Komik merupakan suatu
bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu berita dalam
urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan di rancang untuk memberikan
hiburan pada pembaca.
f.
Gambar
Media grafis paling
umum digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar, karena merupakan bahasa yang umum dan
mudah dimengerti oleh peserta didik.
g.
Bagan
Bagan merupakan media
yang berisi tentang gambar-gambar keterangan-keterangan, daftar-daftar dan
sebagainya.
Karakteristik media
dapat dilihat menurut kemampuan membangkitkan
rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun penciuman
atau kesuaiannya dengan tingkatan hierarki belajar. Untuk tujuan praktis, karakteristik beberapa
jenis media lazim digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Kelemahan media grafis antara lain:
a.
Membutuhkan keterampilan khusus
dalam pembuatannya, terutama untuk grafis yang lebih kompleks.
b.
Penyajian pesan hanya berupa unsur
visual.
Kelebihan media grafis antara lain:
a.
Dapat mempermudah dan mempercepat
pemahaman siswa terhadap pesan yang disajikan.
b.
Dapat dilengkapi dengan warna-warna
sehingga lebih menarik perhatian siswa.
- Media Pembelajaran Visual
Media visual adalah
media yang menyampaikan informasi dalam bentuk gambar atau secara visual
sehingga tidak terdapat suara. media visual ada berbagai jenisnya meliputi
modul, poster, buku, gambar, grafik dan lain sebagainya. kegunaan media visual
dalam pembelajaran sangat banyak sekali salah satunya adalah membantu
mengoptimalkan para tipe pembelajar bergaya visual, sehingga media visual itu
sangat berpotensi dan mempunyai banyak manfaat dalam mewujudkan gambaran
abstrak menjadi gambaran nyata.[8] Terdapat dua jenis pesan yang dibuat dalam media
visual, yakni pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal visual terdiri atas
kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan dan pesan non verbal visual
adalah pesan yang dituangkan kedalam simbol-simbol non verbal visual.
Media visual memiliki beberapa
fungsi dan manfaat. Fungsi media visual adalah untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, menggambarkan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan
jika tidak divisualkan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang
diserap melalui media penglihatan (media visual), terutama media visual yang
menarik, dapat mempercepat daya serap peserta didik dalam memahami pelajaran
yang disampaikan. Salah satu keuntungan penggunaan media pembelajaran visual
adalah bentuknya dapat dibuat semenarik mungkin agar anak tertarik untuk
mempelajarinya. Media Visual terdiri
dari:[9]
a. Media
yang tidak diproyeksikan
1) Media
realia adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang
kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media
realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk
mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem,
dan organ tanaman.
2) Model
adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau
pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi
kendala tertentu sebagai pengganti realita. Misal untuk mempelajari sistem
gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada
hewan.
b. Media
proyeksi
1) Transparansi
OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang
kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus
membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak (Overhead
transparancy/OHT) dan perangkat keras (Overhead projector/OHP).
2) Film
bingkai atau slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan
diberi bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang
terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi
OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya
adalah beaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk
menyajikan dibutuhkan proyektor slide.
- Media Pembelajaran Audio
Media Audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indera dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara semata.[10]
Dilihat dari sifat pesan yang diterima, media audio ini bisa menyampaikan pesan verbal maupun non verbal. Pesan verbal berupa bahasa lisan atau kata-kata, sedangkan pesan non verbal berwujud bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutuan, gumam dan musik. [11]
Untuk dapat menggunakan perangkat audio sebagai media pembelajaran, maka ada baiknya kita mengenal peralatan audio tersebut, terutama peralatan yang mampu merekam suara. Di antaranya adalah:[12]
a. Phonograph (Gramaphone)
Alat rekam ini menggunakan cakram datar yang disebut gramafon (gramaphone), yang kemudian dikenal dengan nama piringan hitam (record), yang telah berkali-kali mengalami perkembangan pembuatannya. Piringan hitam ini, mampu merekam berbagai macam suara mulai dari ucapan kata-kata, suara badai, kicau burung, musik simponi dan lain-lain.hanya saja piringannya mudah tergores dan aus serta diameternya yang besar. Alat ini cocok digunakan untuk musik, drama, puisi, dongeng, tutur cerita dan lain-lain.
b. Open Reel Tapes
Kelebihan program audio yang menggunakan pita Open Reel Tape Recorder ialah kualitas suaranya lebih bagus dibandingkan dengan pita kaset. Open Reel Tape Recorder ini, ada yang menggunakan sestem full track (mono) dan yang menggunaka sistem stereo. Namun pada umumnya program-program audio diperbanyak dalam bentuk mono.
c. Cassette Tape Recorder
Perekam kaset audio ini adalah yang paling popular dalam masyarakat. Untuk berbagai keperluan maka dibuat pita kaset dalam beberapa kualitas, yaitu dari yang paling rendah, normal dan metal. Namun umumnya program audio (untuk pendidikan), dibuat di atas pita kaset normal.
d. Compact Disc (CD)
Inovasi secara revolusioner di dunia audio rekam terjadi pada tahun 1979, yakni lahirnya compact disc (CD) sebagai hasil percampuran computer dan tenaga laser. Compact Disc atau cakram padat adalah sebuah piringan optical yang digunakan untuk menyimpan data secara digital. Teknologi cakram padat kemudian diadopsi untuk digunakan sebagai alat penyimpan data yang dikenal sebagai CD-ROM.
e. Radio
Radio adalah satu alat komunikasi elekro magnetic untuk mengirim dan menerima pesan suara dengan menggunakan sistem gelombang suara melalui udara.
Pemancar radio mengubah, atau melakukan modulasi gelombang radio agar dapat menyampaikan informasi. Dalam dunia pendidikan, hingga kini radio masih digunakan sebagai media pembelajaran, khususnya untuk program pembelajaran jarak jauh. Penggunaan radio sebagai media pendidikan tidak perlu diragukan lagi peranannya, hal ini disebabkan karena radio memiliki daya jangkauan yang luas.
Kelebihan Media Audio adalah :
a. Sifatnya mudah untuk dipindahkan.
b. Dapat digunakan bersama-sama dengan alat perekam radio, sehingga dapat diulang atau diputar kembali.
c. Dapat merangsang partisifasi aktif pendengaran siswa, serta dapat mengembangkan daya imajinasi seperti menulis dan menggambar.
Kekurangan Media Audio adalah :
a. Dalam suatu rekaman sulit menemukan lokasi suatu pesan atau informasi, jika pesan atau informasi tersebut berada ditengah-tengah pita, apalagi jika radio, tape tidak memiliki angka-angka penentuan putaran.
b. Kecepatan rekaman dan pengaturan trek yang bermacam-macam menimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yang direkam pada suatu mesin perekam yang berbeda.
- Media Pembelajaran Audio Visual
Media audio
visual adalah media modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat dan dapat di
dengar.[13]
Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar. Berikut
jenis-jenis media audio visual:
a.
Audio visual diam, yaitu media yang menyampaikan pesan melalui benda diam yang dapat diterima oleh indera
pendengaran dan indera pengelihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkannya
adalah gambar diam atau sedikit memiliki unsur gerak. Jenis media ini antara
lain media sound slide (slide suara), film bingkai suara (sound slide), film rangkai suara, dan cetak
suara.
b.
Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsure-unsur dan
gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette.
c.
Audio visual murni, yaitu baik unsure suara maupun unsure gambar berasal
dari satu sumber seperti film video-cassette.
d.
Audio visual tidak murni, yaitu yang unsure suara dan unsure gambarnya berasal
dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsure gambarnya
bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strop suara dan cetak
suara.[14]
C. Pengembangan Media dalam Pendidikan Islam
Dalam menyampaikan pesan pendidikan
agama diperlukan media pengajaran. Media pengajaran pendidikan agama adalah
perantara atau pengantar
pesan guru agama kepada penerima pesan yaitu siswa. Media pengajaran ini sangat
diperlukan dalam merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian sehingga terjadi proses belajar mengajar serta dapat memperlancar
penyampaian pendidikan agama Islam.
Media pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam (PAI)
juga dapat diartikan semua aktifitas yang ada hubungannya dengan materi
Pendidikan Agama Islam, baik yang berupa alat yang dapat diperagakan maupun
teknik atau metode yang secara efektif dapat digunakan oleh guru agama dalam
rangka mencapai tujuan tertentu dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Diantaranya adalah Uswatun Khasanah (teladan yang baik), kebiasaan, nasehat dan cerita,
disiplin, partisipasi, pemeliharaan, papan tulis, buku pelajaran, film
atau gambar hidup, radio pendidikan, TV pendidikan, computer dan karyawisata.
Dalam pemilihan media pembelajaran agama Islam, hendaknya disesuaikan
dengan tujuan pengajaran agama itu sendiri, bahan atau materi yang akan
disampaikan, ketersediaan alat, pribadi guru, minat dan kemampuan siswa serta
situasi pengajaran yang akan berlangsung, sehingga penggunaan media bukan
sekedar upaya untuk membantu guru dalam mengajar, tetapi lebih dari itu, yaitu
sebagai usaha yang ditujukan untuk memudahkan siswa dalam mempelajari
pengajaran agama.
Setelah
membahas alat atau media pembelajaran, maka kita tinggal memilih media pembelajaran
apa yang cocok untuk dipraktekkan kepada siswa sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Terkait dengan pembelajaran agama Islam, maka media yang digunakan
juga bermacam-macam.
Usaha Nabi
dalam menanamkan akidah agama yang dibawanya dapat diterima dengan mudah oleh
umatnya yaitu dengan menggunakan media yang tepat berupa media contoh atau
teladan perbuatan-perbuatan baik Nabi sendiri (Uswatun Khasanah).
Istilah Uswatun Khasanah barangkali dapat diidentifikasikan dengan demonstrasi
yaitu memberikan contoh dan menunjukkan tentang cara berbuat atau melakukan
sesuatu. Media ini selalu digunakan Nabi dalam mengajarkan ajaran-ajaran agama
kepada umatnya, misalnya dalam mempraktekkan sholat.
Selanjutnya,
melalui suri tauladan atau model perbuatan dan tindakan yang baik, maka guru
agama akan dapat menumbuhkembangkan sifat dan sikap yang baik pula terhadap
anak didik. Begitupula sebaliknya. Kemudian daripada itu, media pendidikan
agama dapat juga diartikan semua aktifitas yang ada hubungannya dengan materi
pendidikan agama, baik yang berupa alat yang dapat diperagakan maupun teknik
atau metode yang secara efektif dapat digunakan oleh guru agama dalam rangka
mencapai tujuan tertentu dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Media yang
digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ada dua macam, yaitu media
yang bersifat benda (materiil) dan yang bukan benda:
1. Alat yang bersifat benda
a. Media tulis seperti Al-Qur’an,
Hadis, Tauhid, Fiqih, Sejarah.
b. Benda-benda alam seperti hewan,
manusia dan tumbuh-tumbuhan.
c. Gambar-gambar yang dirancang seperti
grafik.
d. Gambar yang diproyeksikan seperti
video, transparan.
e. Audio recording (alat untuk
didengar), seperti kaset, tape dan radio.
2. Alat yang bersifat bukan benda
a. Keteladanan.
b. Perintah atau Larangan.
c. Ganjaran dan Hukuman.
Peranan media dalam pengembangan
pendidikan Islam sangatlah penting, dan agar proses pembelajaran menjadi lebih
efektif dan efisien serta agar tujuan dalam pengembangan pendidikan Islam dapat
tercapai, maka dalam pemilihan media ada faktor yang
perlu dipertimbangkan antara lain: [15]
1.
Tujuan
instruksional yang ingin dicapai.
2.
Karakteristik
siswa.
3.
Jenis rangsangan
belajar yang diinginkan.
4.
Keadaan latar
belakang dan lingkungan siswa.
5.
Pemilihan media
harus sesuai atau cocok dalam pencapaian tujuan pendidikan Islam yang telah
ditetapkan.
6.
Pendidik atau
guru memahami peranan dari alat pendidikan yang dimaksud dan ia cakap untuk
menggunakan alat pendidikan yang diamaksud, misalnya guru mampu mengatasi
batas-batas ruang kelas, maksudnya benda-benda yang akan diajarkan sulit dibawa
kedalam kelas, jadi guru dapat mengajarkannya melalui film strip atau film
slide.
7.
Anak didik
mampu menerima penggunaan alat pendidikan sesuai dengan keadaan dirinya. Dalam
hal ini pertimbangan terhadap kondisi anak didik sangatlah penting, sebab anak
didiklah yang akan menerima dan mengolah pengaruh pendidikan yang dimaksud demi
pencapaian kedewasaan dirinya.[16]
8.
Mengatasi
perbedaan pengalaman pribadi peserta didik. Misalnya peserta didik yang
bertempat tinggal didaerah pegunungan yang belum pernah melihat lautan dapat
digunakan media film atau video kaset.
9.
Mengatasi
peristiwa-peristiwa alam. Misalnya terjadinya letusan gunung berapi, terjadinya
banjir, pertumbuhan tumbuhan, perkembangbiakan binatang, dapat digunakan media
gambar atau film.
10. Mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
11. Mampu memberikan kejelasan materi yang disampaikan kepada
peserta didik.
12. Mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.[17]
Adapun
singkatnya yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam pemilihan media
pembelajaran pendidikan Islam yaitu media pembelajaran pendidikan Islam
digunakan untuk peningkatan interaksi belajar mengajar yang bermanfaat bagi
peserta didik, serta merupakan upaya dalam menumbuhkan motivasi atau menggugah
minat siswa agar mau belajar.[18]
D. Kesimpulan
Dengan
media pembelajaran pelaksanaan proses belajar mengajar akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, bahan pengajaran
akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih di pahami oleh para siswa, dan
memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik, metode mengajar akan
lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan, dan guru tidak kehabisan tenaga,
siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan
uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan serta
mendemonstrasikan.
Selain
itu, dapat menjadikan perkembangan
berpikir siswa, dimulai dari berpikir kongkrit menuju ke berpikir abstrak,
dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks atau hal-hal yang
abstrak dapat di kongkritkan, dan hal-hal yang kompleks dapat di sederhanakan.
Dan juga membuat konkrit konsep yang abstrak, membawa objek yang sukar didapat
ke dalam lingkungan belajar siswa, menampilkan objek yang terlalu besar,
menampilkan objek yang tak dapat diamati dengan mata telanjang, mengamati
gerakan yang terlalu cepat, memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi
bagi pengalaman belajar siswa, membangkitkan motifasi belajar, menyajikan
informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut
kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Admin,
Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran,
dalam http://contohmakalahs.blogspot.com/2011/11/pengaruh-penggunaan-media-pembelajaran.html
Bakry,
Sama’un. 2005. Menggagas Konsep Ilmu
Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Basuki dan M. Miftahul Ulum. Pengantar
Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo:
STAIN Po Press.
2007
Djamarah,
Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran, Sebuah
Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung Persada Press
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. cetakan keempat. Jakarta: Kalam Mulia.
2002
Rohani,
Ahmad. 1997. Media Instruksional
Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Setiasih,
Media Audio Visual, dalam http://setiasih89.blogspot.com/2012/02/media-audio-visual.html
Sudjana, Nana dan Ahmad
Rivai. Media
Pengajaran.
Cet. IV. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2001
TP,
Pengertian
Macam-Macam Media Grafis, dalam http://tekpen07b.blogspot.com/2011/01/pengertian-macam-macam-media-grafis_30.html
Tim Penyusun. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Uni
El-Unnaity, Aspek Komunikasi Visual Dalam Pembelajaran, dalam http://murni-uni.blogspot.com/2011/05/aspek-komunikasi-visual-dalam.html
Usman, asyiruddin Dan Asnawir.
Media Pembelajaran.
Cetakan kesatu. Jakarta : Ciputat Press. 2002
[1] Nana
Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, Cet. IV, (Bandung : Sinar Baru Algensindo,
2001), 3
[2] Asyiruddin
Usman dan Asnawir, Media
Pembelajaran, Cet. I, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 19
[3] Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, Cet. IV, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 180
[4] Basuki
dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Ponorogo: STAIN
Po Press, 2007), 133
[5] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 121-122.
[6]TP, Pengertian Macam-Macam Media Grafis,
dalam http://tekpen07b.blogspot.com/2011/01/pengertian-macam-macam-media-grafis_30.html,
diakses 26 September 2012
[7]TP, Pengertian Macam-Macam Media Grafis,
dalam http://tekpen07b.blogspot.com/2011/01/pengertian-macam-macam-media-grafis_30.html,
diakses 26 September 2012
[8] Uni El-Unnaity,
Aspek Komunikasi Visual Dalam
Pembelajaran, dalam http://murni-uni.blogspot.com/2011/05/aspek-komunikasi-visual-dalam.html, diakses 26 September 2012
[9] Setiasih, Media Audio Visual, dalam http://setiasih89.blogspot.com/2012/02/media-audio-visual.html, diakses 26 September 2012
[10] Yudhi
Munadi, Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung
Persada Press, 2008), 148
[13] Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1997), 97-98.
[14] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain, Strategi Belajar Mengajar….,
124-125
[15]Admin, Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran,
dalam http://contohmakalahs.blogspot.com/2011/11/pengaruh-penggunaan-media-pembelajaran.html,
diakses 26 September 2012
[16] Sama’un Bakry, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam …., 90-91
[17] Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif…., 6-10
[18]Admin, Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran,
dalam http://contohmakalahs.blogspot.com/2011/11/pengaruh-penggunaan-media-pembelajaran.html,
diakses 26 September 201
Langganan:
Postingan (Atom)